Pengantar
Proses dan persyaratan untuk pengangkatan pegawai/guru tidak tetap (PTT/GTT) menjadi pegawai/guru tetap yayasan (PTY/GTY) dan kenaikan tingkat atau golongan untuk pegawai/ guru di tiap institusi/ lembaga/ yayasan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.
Salah satu persyaratan yang biasanya diminta untuk pengangkatan atau kenaikan status tersebut adalah pembuatan karya tulis, bisa berupa makalah, jurnal, penelitian tindakan kelas (PTK), dan/ atau reflection paper.
Pada kesempatan ini, saya akan berbagi informasi tentang reflection paper. Apa reflection paper itu, bagaimana cara menulisnya, struktur tulisannya seperti apa, dan contohnya bagaimana? Akan saya ulas sebagai berikut:
Pengertian
Tulisan reflektif atau tulisan refleksi adalah jenis
karya tulis, dimana seorang
mendiskripsikan suatu kejadian yang bersifat nyata, tetapi juga terdapat
interaksi, pikiran mengenai sesuatu, serta ingatan (memory) dengan
menambahkan unsur refleksi pribadi dan pemberian makna terhadap kejadian
tersebut.
Cara Menulis Reflection Paper
- Tulisan reflektif lebih
bersifat pribadi daripada jenis tulisan akademis lainnya. Kita dapat
menggunakan sudut pandang orang pertama (Saya, Aku,
Penulis,
dll.)
- Tulislah pengalaman itu
secara mendetail. Jelaskan apa yang berjalan dengan baik, yang menantang, yang
dipelajari, atau nilai yang bisa dipetik dalam prosesnya.
- Gunakan struktur,
diantaranya:
- Pengantar yang menceritakan secara
singkat situasi atau latar belakang.
- Isi, yang merupakan bagian inti,
dimana kita menceritakan secara detial setiap peristiwa, baik suka maupun
duka, tantangan, kesulitan, peluang, bahkan jalan keluar jika ada masalah.
- Penutup merupakan kesimpulan
dari tulisan yang bisa berisi makna atau nilai yang didapatkan dan niat atau
tindak lanjut yang akan dilakukan supaya menjadi lebih baik.
Struktur Reflection Paper
Tidak ada struktur baku untuk pembuatan reflection
paper. Namun, secara umum, reflection paper dibuat dengan
menggunakan struktur penulisan sebagai berikut:
1. Pengantar
Bagian ini berisi
tentang latar belakang atau gambaran situasi yang dialami oleh penulis. Bisa
juga, pada bagian ini berisi suatu kutipan tulisan atau ungkapan seorang tokoh
yang mengusik pikiran penulis. Atau penulis memiliki suatu tesis yang ingin
dijelaskan lebih detail pada bagian isi tulisan reflection papernya,
berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang telah dilakukannya.
2. Isi
Bagian ini
merupakan bagian inti, dimana penulis mulai mengungkapkan setiap pengalaman
atau pengamatannya. Penulis mengungkapan secara detail tentang hal-hal yang
menarik, tantangan, hambatan, suka, duka, dukungan, peluang, bahkan jalan
keluar jika ada masalah.
3. Penutup
Bagian ini
merupakan kesimpulan
dari tulisan yang bisa berisi makna atau nilai yang didapatkan, dan niat atau tindak
lanjut yang akan dilakukan supaya menjadi lebih baik.
Contoh Reflection Paper
Juli 2019, saya memulai bekerja sebagai guru di SMP Mondial, yang terletak di Candigolf, Jangli, Semarang. Saya diberi kepercayaan untuk mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). SMP Mondial merupakan sekolah bilingual atau menggunakan dua bahasa sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, namun dalam interaksi dan komunikasi sehari-hari di sekolah, lebih banyak menggunakan bahasa Inggris (walau jujur sebenarnya saya ngga pede berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris).
Bagi saya, kedekatan secara emosional dengan peserta didik itu penting, karena untuk bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kehidupan sebagaimana yang saya kehendaki, saya harus bisa diterima dulu oleh peserta didik. Oleh karena itu, saya seringkali memposisikan diri seperti mereka, ketika saya melakukan proses pembelajaran. Maksudnya, saya mencoba memahami dari sudut pandang peserta didik, kalau begini atau begitu bagaimana. Dengan demikian, peserta didik menjadi paham dan mengerti. Selain itu, mereka juga tidak merasakan terbebani.
"Masuk melalui pintu mereka, dan keluar melalui pintu kita," itu merupakan kutipan yang sering melandasi atau menjadi semangat dasar saya dalam mendidik. Untuk bisa diterima anak-anak, saya harus seperti anak-anak, namun dalam prosesnya, ketika saya sudah diterima anak-anak, saya akan ajak mereka untuk menjadi seperti yang saya kehendaki.
Saya merasa beruntung, karena saat masa sekolah dulu, saya pernah mengalami menjadi siswa yang "degil", berani nyontek, suka kebut-kebutan di jalan raya, mendapat peringkat bawah, dan yang jelek-jelek lainnya, sehingga mudah dihapal oleh guru. Namun, di sisi lain, pada saat sekolah juga, saya pernah dinilai sebagai anak yang baik, pintar sehingga masuk peringkat tiga besar, aktif di OSIS dan kepramukaan, dan anti nyontek (karena kalau mencontek pasti dikeluarkan dari sekolah), sehingga dengan keadaan beginipun, saya jadi dikenal oleh guru. Latar belakang pengalaman itulah yang membuat saya mudah untuk memahami apa yang dikehendaki oleh peserta didik.
Memang setiap peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik, saya tidak bisa sama ratakan antara yang pintar dengan yang kurang pintar, namun sederhananya begini, kalau yang kurang pintar saja bisa memahami, maka yang pintar jelas akan memahami juga. kalau yang sering menunda-nunda pekerjaan saja bisa menyelesaikan tidak terlambat, maka anak yang rajin juga pasti mampu menyelesaikan tepat waktu. Prinsip preferential option for "the poor", dimana "the poor" di sini bisa diartikan dalam banyak hal, akan sangat membantu untuk mewujudkan harapan bahwa semua siswa bisa berhasil.
Jika satu berhasil, maka yang lain juga harus berhasil, itu harapan saya saat mengajar anak-anak. Oleh karena itu, di masa sekarang ini, saya ingin mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang proaktif dari anak-anak sendiri, sedangkan saya lebih bersifat mendampingi, menemani, dan mengarahkan kepada tujuan yang sama.
~ Antotik April 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar